JAKARTA – WARTA BOGOR – Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengungkapkan biaya listrik di Indonesia Timur lebih tinggi dari biaya di Jakarta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat biaya listrik di Indonesia Timur mencapai USD 70 sen per kilowatt hour (kWh) dibandingkan Jakarta yang hanya USD 4 sen per kWh.
Jika dihitung secara sederhana, biaya listrik di Indonesia Timur itu 17,5 kali lipat lebih mahal.
Energi baru terbarukan (EBT) dilirik menjadi salah satu solusinya.
“Jadi Indonesia Timur harga diesel disana untuk membangkitkan 1 kWh listrik itu membutuhkan USD 70 sen. Jadi saat ini kita menikmati listrik di ruangan ini (Jakarta) harganya cuma USD 4 atau 3 sen. Nah disana sangat tinggi sekali,” ungkap Eniya dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2025, Jakarta, Senin (6/10/2025).
Dia menyadari tingginya biaya itu perlu penanganan serius. Salah satu solusinya, pemerintah melirik penggantian pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi EBT.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) misalnya, yang disebut Eniya mampu menghasilkan listrik dengan biaya yang lebih murah. Meskipun, investasi awal untuk PLTS itu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
“Nah pada saat kita bicara renewable energy mungkin membangun fotovoltaik, membangun baterai disana akan jauh lebih murah saat ini,” ujarnya.
“Masih PR untuk harga. Ini harga PLTS yang kombinasi baterai, yang baterainya rada banyak, itu kita masih diskusi terus, karena harganya rada bergerak turun. Studi kita sudah update sih 2024 ya harganya, dan ini segera diputuskan, nanti saya diskusi lagi sama Pak Wamen,” sambung Eniya.
Sumber: Liputan6.com