JAKARTA – WARTA BOGOR – Nilai Tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kian terpuruk hingga nembus Rp 16.166 per dolar AS pada Kamis (18/4/2024).
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan rupiah kian melemah terhadap dolar AS.
“Pertama, mengenai penguatan dolar di seluruh dunia karena ekspektasinya bank sentral AS akan menurunkan suku bunga tahun ini,” ujarnya, saat dikonformasi Rabu (17/4/2024).
Namun, karena inflasi masih tinggi, The Fed memberi sinyal bahwa belum tentu menurunkan suku bunga pada tahun ini. Bahkan, mulai diprediksi bisa menaikkan suku bunga.
“Kedua, tensi geopolitik. Pembelian dolar kita paling besar kita migas, kalau harga minyak naik pastinya akan berpengaruh terhadap permintaan dolar,” tambah Satria.
Kemudian, faktor yang ketiga dipengaruhi dari sisi domestik. Di bulan Mei dan Juni merupakan periode pembayaran utang luar negeri, sehingga akan meningkatkan kebutuhan dolar dalam negeri.
“Dolar menguat 1,5 persen dalam 1 bulan, rupiah kemarin saja melemah 2 persen dalam satu hari. Ini sebenarnya seasonal pattern biasa. Karena setiap tahun di bulan Mei, Juni korporasi sudah mulai mengumpulkan dolar dari Maret-April, setelah Mei, Juni rupaih akan kembali stabil,” jelas Satria.
“Kalau kami prediksi, bulan Mei-Juni seharusnya permintaan valas domestik kembali normal,” ucapnya.
Sebelumya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo buka suara menanggapi kondisi nilai tukar rupiah makin keok terhadap dollar.
Ditemui setelah menghadiri rapat dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana. Perry mengatakan Bank Indonesia akan selalu berada di pasar untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Pada awal tahun ini, nilai tukar masih berada di angka Rp15.600. Pelemahan rupiah terjadi akibat beberapa peristiwa, mulai dari memanasnya geopolitik hingga potensi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan di semester 2 mendatang.
Sumber: Tribunnews