Kembangkan Teknologi Rekayasa Genetika, Mahasiswa Polbangtan Kementan Lakukan Inseminasi Buatan Pada Sapi

BOGOR-WARTABOGOR.id-Tidak hanya belajar di dalam kelas, mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor juga dituntut aktif dalam mempraktikkan teori yang sudah mereka dapat. Diantaranya dengan melakukan teknologi rekayasa genetika berupa inseminasi buatan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pun menyatakan bahwa sektor pertanian harus didorong menjadi subsektor ekonomis yang maju, mandiri dan modern.

“Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan Presiden Joko Widodo tercapai pada 2026 mendatang serta mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat,” jelas Mentan.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menegaskan pertanian di era modern tidak bisa terlepas dari penerapan hasil penelitian.

“Untuk itu berbagai hasil penelitian diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pertanian,” kata Dedi.Sebelumnya Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, optimis pendidikan vokasi Kementan dapat mencetak petani milenial berkualitas.

Untuk itu, Jurusan Peternakan yang berada di kampus Cinagara mengembangkan produksi ternak baik dengan cara meningkatkan secara kualitas maupun kuantitas ternak.

Arif Nindyo, selaku Ketua Jurusan Peternakan menjelaskan bahwa ada banyak jenis sapi yang digunakan sebagai sarana pembelajaran mahasiswa.

“Ternak sapi yang dikembangkan di kampus Cinagara diantaranya sapi Belgian blue, sapi simental, sapi limousin, sapi FH, dan sapi lokal lainnya seperti sapi Madura dan sapi PO”, ujarnya.

Arif menambahkan, sapi-sapi tersbeut selain digunakan sebagai sarana pembelajaran mahasiswa juga dikelola menjadi Unit bisnis oleh teaching factory (TEFA).

Beberapa waktu lalu telah dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB) oleh Aulia, dosen di Jurusan Peternakan menggunakan metode USG.  Dari pengamatan tersebut didapatkan hasil 13 ekor ternak dinyatakan bunting sedangkan sisanya 4 ekor dalam keadaan tidak bunting, sehingga perlu dilakukan kembali deteksi berahi untuk dilakukan tindakan selanjutnya yaitu inseminasi buatan (IB) atau melakukan kawin alam dengan pejantan unggul.

“Selain melakukan Inseminasi Buatan dan juga Pemeriksaan Kebuntingan, kami juga melakukan pertolongan kelahiran bagi sapi yang akan atau sedang melahirkan”, ujar Aulia yang juga berprofesi sebagai dokter hewan ini.

“Seperti pada hari kamis yang lalu telah terlaksana pertolongan kelahiran pada sapi limousin dengan menarik pedet dan penyuntikan hormon dikarenakan induk sapi tidak merespon kelahiran dengan merejan”, imbuhnya.

Engkos Koswara, selaku petugas kandang selalu sigap melakukan check up ternak dan membantu mahasiswa melakukan praktik.

“Alhamdulillah pada pertolongan kelahiran kali ini pedet dan induk selamat dan sehat juga. sedangkan pedet yang lahir memiliki berat lahir 45 kg”, ungkapnya.

Ditambahkan oleh bidan ternak, Juju Julaeha mengungkapkan “pemilihan calon induk dan jenis bibit yang akan di IB harus sesui sehingga tidak terjadi kembali kesulitan dalam melahirkan, dikarenakan kapasitas induk yang kurang tepat”, pungkasnya.

Sapi indukan wajib bunting terus berjalan dengan tetap mengutamakan kesejahteraan, dan kesehatan ternak. “berternak untung dan berkah, bantu swasembada pangan 2045”.

Pewarta: Mulyana
Editor: Ardianinda Wisda