WARTA BOGOR – Nasib guru yang viral karena memaksa siswa SD duduk di lantai gara-gara belum bayar SPP diungkap pihak sekolah.
Ketua Yayasan Abdi Sukma Medan, Ahmad Parlindungan mengatakan hukuman duduk di lantai merupakan inisiatif dari wali kelas bernama Haryati. Kini, Haryati mendapat hukuman dilarang mengajar untuk sementara waktu.
“Kami yayasan akan memberikan pembebasan tidak mengajar atau skorsing sampai waktu yang ditentukan kemudian,” ungkap Ahmad Parlindungan dikutip dari TribunMedan.com.
Menurutnya, pihak yayasan dan sekolah tak pernah membuat aturan tersebut.
“Semua siswa yang ada, mau bayar atau tidak harus ikut belajar mengajar. Kami sangat kecewa dengan kondisi ini yang menjadi viral seluruh Indonesia karena tidak ada aturan tertulis,” jelasnya.
Ia menjelaskan adik kandung korban yang duduk di bangku kelas 1 SD juga belum membayar SPP selama tiga bulan.
Namun, wali kelasnya memperbolehkan mengikuti pelajaran seperti para siswa lain.
Ahmad menambahkan, Haryati yang berstatus wali kelas tidak memiliki masalah pribadi dengan orang tua korban.
Pihak sekolah sudah meminta maaf ke keluarga korban atas kesalahan ini.
“Mediasi sudah. Sudah meminta maaf. Anaknya ada 2 disini, yang kelas 4 dan kelas 1 SD. Nah, yang kelas 1 ini tidak ada masalah. Sama-sama tidak membayar uang sekolah,” ungkap Ahmad.
Sementara itu, kepala sekolah, Juli Sari membenarkan siswa yang ada dalam video menunggak pembayaran SPP.
Namun, pihak sekolah tidak tahu dengan hukuman yang dibuat Haryati sehingga menjadi viral di media sosial.
“Saya juga baru mengetahui siswa tersebut di dudukkan di lantai setelah wali muridnya datang ke sekolah menemui saya sambil menangis,” bebernya.
Juli menegaskan Haryati membuat peraturan sendiri tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
“Wali murid juga sudah kita panggil. Saat kejadian itu orang tuanya nangis-nagis. Dan permasalahan ini sudah kami selesaikan hari itu juga,” jelasnya.
Dia belum dapat memutuskan sanksi yang akan diterima Haryati karena perlu mengadakan rapat dengan pemilik yayasan.
“Iya (pemecatan belum ada). Cuman sudah ditegur bahwa tidak boleh seperti itu, dan jangan di ulangi lagi. Sementara kemungkinan dipecat atau tidak itu keputusan dari yayasan, saya tidak berani bilang iya atau tidak karena Senin rapat lagi untuk memutuskan yang baik untuk sekolah dan wali kelas,” pungkasnya.
Sumber: TribunnewsBogor