Proyek Gila Ka’bah Baru di Arab Saudi, Tuai Kontroversi hingga disebut Mempercepat ‘Kiamat’

WARTA BOGOR – Pemerintah Arab Saudi mulai mengerjakan pembangunan Mukaab, struktur kubus emas besar di Riyadh yang mungkin menjadi bangunan terbesar di dunia pada 2024. Pembangunan ini tetap dilakukan di tengah kritik bahwa bangunan tersebut disebut menyerupai tempat suci Ka’bah di Mekkah.

Dilansir New Arab, proyek senilai US$ 50 miliar itu direncanakan memiliki tinggi 400 meter, panjang 400 meter, dan lebar 400 meter. Perusahaan Pengembangan Murabba (MDC) menyatakan bahwa pekerjaan tanah di lokasi tersebut telah selesai 86%.

Menurut MDC, ada sekitar 900 pekerja di lokasi setiap hari untuk menyelesaikan proyek dan 250 ekskavator.

“Pencapaian ini menggarisbawahi laju pembangunan yang cepat dan komitmen yang kuat untuk menghadirkan pusat kota modern terbesar di dunia,” kata MDC dalam sebuah keterangan.

Bangunan yang dirancang oleh perusahaan teknik AtkinsRealis itu akan menjadi pusat pengembangan New Murabba di bagian barat laut ibu kota Saudi, dan akan menampung lebih dari 100.000 rumah dalam area seluas 19 kilometer persegi. Menurut Dana Investasi Publik (PIF) Saudi, pembangunan tersebut akan memiliki fasilitas ritel, perhotelan, rekreasi, dan ruang kantor dan diyakini cukup besar untuk menampung 20 Gedung Empire State di dalamnya setelah selesai.

Mukaab sendiri akan menjadi pusat utama New Murabba, sebuah proyek pembangunan besar di pusat kota Riyadh yang diluncurkan pada Februari 2023 lalu. Michael Dyke, kepala eksekutif New Murabba, mengatakan tahap pertama New Murabba sendiri akan rampung pada tahun 2030, yang mengatakan bahwa proyek tersebut akan mencakup 8.000 rumah untuk 35.000 orang.

Mirip Ka’Bah

Di sisi lain, bentuk Mukaab banyak dikritik karena kemiripannya dengan Ka’bah di kota suci Mekkah. Ka’bah sendiri adalah bangunan di tengah Masjidil Haram di Mekkah, menjadi titik arah para umat Muslim di seluruh dunia beribadah dan mengitarinya selama ibadah haji dan umrah.

“Selain hal lainnya, fakta bahwa bangunan tersebut berbentuk kubus emas bagi saya merupakan penghinaan yang disengaja terhadap Kakbah di Mekkah, dan merupakan simbol penyembahan berhala yang jelas,” tulis peneliti Laleh Khalili di X.

Bangunan Mukaab sendiri akan selesai tepat waktu untuk Expo 2030, yang akan diselenggarakan oleh kerajaan Teluk tersebut. Setelah selesai, proyek tersebut bertujuan untuk menampung 400.000 orang.

Dituding Mempercepat Kiamat

Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri (PM) Mohammed Bin Salman (MBS), Arab Saudi memang tengah gencar melakukan pembangunan besar-besaran.

Selain Mukaab, Pemerintah Arab Saudi memiliki NEOM, megaproyek kota masa depan Arab Saudi yang akan menyulap padang pasir yang tandus menjadi kota metropolitan yang megah. Proyek ini dikabarkan akan dibangun dengan luar 26.500 km persegi yang sejajar dengan Laut Merah dan Teluk Aqaba.

Selain itu, terdapat megaproyek Qiddya, Al Ula, Resort Mewah Amaala, Resor Pulau Sheybarah, Gerbang Diriyah hingga Coral Bloom. Rata-rata proyek tersebut merupakan pembangunan gedung-gedung pencakar langit.

Namun proyek-proyek besar MBS tersebut disebut PBB dapat menyebabkan degradasi dan penggurunan sebagian besar lahan di negara Timur Tengah tersebut. Hal ini dapat mempercepat ‘kiamat’ di sana.

Degradasi lahan mengganggu ekosistem dan membuat lahan kurang produktif untuk pertanian. Ini menyebabkan kekurangan pangan dan memacu migrasi.

Lahan dianggap terdegradasi ketika produktivitasnya telah dirusak oleh aktivitas manusia seperti polusi atau penggundulan hutan. Penggurunan adalah bentuk degradasi yang ekstrem.

“Dalam perang melawan penggurunan, (Arab Saudi) tidak serta-merta berkontribusi secara langsung terhadap masalah tersebut, sedangkan dalam perubahan iklim, jelas berkontribusi,” ujar Patrick Galey, penyelidik senior bahan bakar fosil untuk Global Witness, seperti dikutip The Arab Weekly.

 

 

 

Sumber: CNBC Indonesia